hello,, welcome to my bLog. Iam Fauziah, now im study at Poltekkes Kemenkes Padang " GIZI"

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Stomatitis

Anatomi Fisiologi Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, & dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jaringan mukosa licin, halus, fleksibel, & berkeratin atau tidak berkeratin. Jaringan lunak mulut berfungsi melindungi jaringan keras di bawahnya; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap, & alat pengunyah. Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1. Lapisan epitelium, melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel mati seperti ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, & sel-sel seperti ini disebut dgn stratified squamous epithelium. 2. Membrana basalis, adalah lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dgn lamina propria, berupa serabut kolagen & elastis. 3. Lamina propria, Pada lamina propria seperti ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu & cita rasa. Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf & elemen-elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah kecil-kecil. Kelenjar ludah halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar. Disamping seperti itu lamina propria seperti ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin & sel-sel fibroblast serta sel-sel daerah penting buat pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa seperti ini menghasilkan sekret, bersifat protektif & sensitif. Mulut adalah pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan bukan adalah suatu penyakit tetapi adalah kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman adalah bagian daripada “flora mulut” & tidak menimbulkan gangguan apapun & disebut apatogen. Bila daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman apatogen seperti itu menjadi patogen & menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi), dsb. Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begseperti itu juga dgn faktor psikis & hormonal. Seperti ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut disebut “stomatitis”. Pengertian Stomatitis aphtosa atau sariawan ; radang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dgn permukaan agak cekung, bercak seperti itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam bahasa kerennya oral thrush adalah penyakit diakibatkan dgn adanya jamur pada mulut & saluran kerongkongan. Jamur sekarang kebih dikenal dgn sebutan Candida albicans bukanlah jamur aneh & berbahaya. Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur seperti ini termasuk di daerah mukosa mulut & alat kelamin, namun adanya jamur seperti ini tidak menimbulkan keluhan berarti. Dulu jamur seperti ini lebih dikenal dgn sebutan Jamur Monilia. Jamur seperti ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tubuh manusia (imuno) menurun sehingga pertahanan terhadap jamur & bakteri lainnya berkurang. Keadaan seperti seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam jangka panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian pengobatan dgn kortikosteroid & penyakit imunodefisiensi (berkurangnya daya tahan tubuh). Dgn demikian penyakit ringan pada mulut seperti ini bisa mengindikasikan penyakit lebih berat, oleh karena seperti itu jangan pernah meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit seperti ini tidak begseperti itu berat namun tetap saja keberadaan penyakit seperti ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Stomatitis ; peradangan pada mukosa (lapisan lendir) mulut bisa mengenai mukosa pipi, bibir & langit-langit. Stomatitis adalah infeksi dapat terjadi secara tersendiri atau bisa adalah bagian dari penyakit sistemik. Recurrent aphthous stomatitis (RAS) ; lesi mukosa rongga mulut paling sering terjadi, ditandai dgn ulser timbul berulang di mukosa mulut pasien dgn tanpa adanya gejala dari penyakit lain. Tipe Penyakit Ada dua tipe utama: stomatitis herpetik akut & stomatitis aphtosa. Stomatitis tipe herpetik akut biasanya sembuh sendiri, tetapi bisa parah & pada bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Stomatitis aphtosa biasanya sembuh dgn sendirinya dalam 10-14 hari tanpa bekas. Stomatitis aphtosa seperti ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya: 1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, & sebagainya. Pada sariawan akut seperti ini bila dibiarkan saja akan sembuh dgn sendirinya dalam beberapa hari. 2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh bila dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis seperti ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia seperti ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu & terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif. Secara klinis stomatitis aphtosa seperti ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya: 1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS). Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Minor RAS (MiRAS), terjadi lebih dari 80% dari semua kasus RAS ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dgn diameter < 10 mm & dikelilingi oleh pinggiran eritematus. MiRAS biasanya mengenai daerah-daerah non-keratin seperti mukosa labial, mukosa bukal & dasar mulut, tetapi tidak mengenai daerah keratin seperti gingiva, palatum atau dorsum lidah. Sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Lesi berulang dgn frekuensi bermacam-macam, dalam beberapa waktu 1-5 ulser bisa muncul & sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas. 2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS). Hanya sebagian kecil dari pasien terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis seperti ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser seperti ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, & berlangsung selama 4minggu atau lebih & dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major seperti ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan & lamanya lesi. Major RAS (MaRAS), biasa juga disebut periadenitis mucosa necrotica recurrens diderita oleh kira-kira 10% penderita RAS. Bentuk lesi serupa dgn minor RAS, tetapi ulser berdiameter > 10 mm, tunggal atau jamak dgn menimbulkan rasa sakit. Demam, disfagia & malaise terkadang muncul pada awal munculnya penyakit. Sering terdapat pada bibir, palatum molle & dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut. Ulser berlangsung selama 6 minggu atau lebih & sembuh dgn meninggalkan jaringan parut. 3. Herpetiform RAS (HuRAS), terdapat hanya 5-10% dari semua kasus RAS. Nama seperti ini digunakan karena mirip dgn lesi intraoral pada infeksi virus herpes simplex primer (HSV), tetapi HSV tidak mempunyai peran etiologi pada HuRAS atau dalam setiap bentuk ulser RAS lainnya. Bentuk lesi seperti ini ditandai dgn ulser-ulser kecil, berbentuk bulat, sakit, penyebarannya luas & dapat menyebar di rongga mulut. 100 ulser kecil bisa muncul pada satu waktu, dgn diameter 1-3 mm, bila pecah bersatu ukuran lesi menjadi lebih besar. Ulser akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas Ulserasi herpetiformis (HU) Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU ( dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dgn gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa. Tanda-tkita & Gejala Gejala pada umumnya berupa rasa panas atau terbakar terjadi satu atau dua hari kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Lesi pada mukosa oral didahului dgn timbulnya gejala seperti terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul. Selama periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah beberapa jam, timbul papul, ulserasi, & berkembang menjadi lebih besar setelah 48-72 jam. Lesi bulat, simetris, & dangkal, tetapi tidak tampak jaringan sobek dari vesikel pecah. Mukosa bukal & labial adalah tempat paling sering terdapat ulser. Namun ulser juga dapat terjadi pada palatum & gingiva. Bercak luka ditimbulkan akibat dari sariawan seperti ini agak kaku & sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas dirasakan seperti ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit seperti ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan seperti ini akan sembuh dgn sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit seperti ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut buat menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa berat, dapat digunakan suatu alat pelindung mulut bersih dgn pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut. Stomatitis herpetik akut diawali dgn mulut nyeri tiba-tiba, ludah berlebih, bau mulut, menolak makan, & demam kadang-kadang tinggi (40-40,6ÂșC). Puncak terjadinya ; demam & rewel ditunjukkan dgn lesi (ujud kelainan) mulut dalam 1-2 hari. Lesi awal berupa gelembung isi cairan jarang terlihat karena cepat pecah. Lesi sisa berdiameter 2-10 mm & ditutupi dgn lapisan kuning keabuan. Pada saat lapisan terkelupas, tersisa ; luka. Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening sekitar mulut. Fase akut terjadi 4-9 hari & sembuh sendiri. Nyeri biasanya hilang dalam dua sampai empat hari sebelum luka sembuh sempurna. Bila bayi menderita stomatitis menghisap jempolnya, luka bisa menjalar ke tangan. Pada stomatitis aphtosa luka tunggal atau multipel nyeri pada mukosa bibir, pipi lidah & bawah lidah, langit-langit, & gusi. Lesi awal ditunjukkan dgn ke-merahan, tonjolan (papul) keras cepat erosi menjadi bentuk berbatas jelas, luka nekrotik dgn dikelilingi daerah merah. Luka aphtosa kecil berdiameter 2-10 mm & sembuh spontan dalam 7-10 hari. Luka aphtosa besar berdiameter lebih dari 10 mm, sembuh dalam 10-30 hari. Bentuk ke tiga luka stomatitis aphtosa tampak seperti herpes. Bentuk seperti ini ditunjukkan dgn beberapa kelompok lesi 1-2 mm bergabung menjadi plak sembuh dalam 7-10 hari. Pasien dgn stomatitis aphtosa secara khas mengeluh terbakar, teriritasi & sedikit bengkak pada lapisan mukosanya. Biasanya daerah paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) seperti ini pada daerah mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut. Faktor Penyebab Infeksi virus herpes simpleks primer adalah salah satu penyakit dapat terjadi pada anak-anak, umumnya di bawah usia 3 tahun. Infeksi virus seperti ini menyebabkan demam, lemah & lesu selama 48 jam, & ditandai dgn kemerahan pada gusi, gusi & bibir berdarah, serta sariawan banyak & berkelompok Selain infeksi herpes primer, infeksi virus lain menyebabkan timbulnya sariawan di rongga mulut ; hand, foot and mouth disease serta herpangina. Seperti halnya infeksi herpes primer, infeksi virus seperti ini dimulai dgn demam & rasa lemah serta lesu, kemudian muncullah sariawan di langit-langit & tenggorokan. Umumnya gejala pada anak tidak separah infeksi herpes primer. Pada hand, foot and mouth disease, dapat ditemukan juga bulatan cembung berisi cairan di tangan & kaki anak. Penanganannya sama dgn infeksi virus herpes primer, & umumnya sembuh sendiri setelah 10 hari. Beberapa faktor penyebab dapat mengakibatkan terjadinya stomatitis aphtosa , diantaranya: 1. Hal pertama harus dipikirkan ; keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene gigi buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan berulang. 2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit seperti itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa. 3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas. 4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE & keterkaitan antara beberapa jenis makanan & timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut 5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan tinggi pada anak kembar, & pada anak-anak kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa. 6. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, & celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa. 7. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dgn produksi kortison di dalam tubuh. 8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa seperti ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita. 9. Pada penderita sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. Pambentukan stomatitis aphtosa dahulunya perokok, bebas simtom ketika kebiasaan merokok dihentikan. 10. Jamur, namun biasanya hal seperti ini dihubungkan dgn penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal. Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap organisme oral seperti Streptococcus sanguis 11. Pada penggunaan obat kumur mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari. 12. Sedangkan sariawan dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut & jaringan penghubung antara gusi & gigi mudah robek akhirnya mengakibatkan sariawan. 13. Kekurangan vitamin B & zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi seperti seperti itu dapat diatasi dgn sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran. Penyakit menjangkit seperti ini biasanya dapat menyerang siapa saja & tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi masih berusia 6-24 bulan. Pada bayi & anak terjadinya stomatitis atau sariawan sering disebabkan/dipicu oleh : • Makanan/Minuman Panas Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati-hati saat membuatkan makanan/minuman bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya; masih kepanasan atau sudah cukup hangat buat diterima mulut mungilnya. Justru anggapan bahwa susu memancar terlalu kencang dari botol bisa memicu terjadinya sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali bila susu tersebut bersuhu tinggi. Jadi penyebabnya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu panas. • Traumatik dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu; entah karena gusinya tergigit atau terkena gesekan dot terlalu keras. Seperti sudah disinggung, kejadian luka pada gusi bayi bisa berkaitan dgn ketidaknyamanan bayi akibat giginya baru tumbuh. 

Read more at: http://www.kemhan.com/2012/05/stomatitis.html Copyright by http://www.kemhan.com/ 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar